Download App
14.62% Twisted Twin : When Loving Requires More Effort / Chapter 37: Percikan Kemarahan

Chapter 37: Percikan Kemarahan

Perry mengantarkan Flair kembali ke apartemen dan Flair masih memegangi kepalanya yang terasa sakit akibat diperangi oleh Altha dan Rubi.

"Sudah jangan dipikirkan, Altha memang sangat manja. Sikapnya itu dipengaruhi karena dia sama sekali tidak pernah mendapatkan kasih sayang dari orang tua. Dia selalu haus akan perhatian. " Perry berusaha menenangkan Flair.

Sampai di kamarnya, Nolan duduk di sofa sambil memandang rumah-rumah kecil di luar jendela kaca apartemen itu. Wajahnya tampak menahan amarah.

"Hangatkan makananku sekarang!!!! Aku sudah sangat lapar!!!!" Teriak Nolan sambil terus memandang ke jendela.

Flair langsung saja menuju ke dapur. Ini apa lagi yang terjadi??? Jadi inikah keluarga Swinford??? Anggota keluarga yang penuh tempramen buruk!!! Ucap Flair dalam hati.

Begitu Flair masuk ke dapur, Nolan dan Perry saling berpandangan. Nolan mengangguk dan tampak mengerutkan alisnya.

"Mac sudah menceritakan semuanya." Ucap Nolan sambil melempar sebuah tali kepada Perry. "Mereka sudah berkumpul di bawah, suruh mereka mencari tahu!!!!"

Perry segera mengambil tali tersebut dan membungkuk dan pergi memenuhi permintaan Nolan.

Setelah sup ayam kembali dipanaskan, Flair meniriskannya ke dalam mangkuk dan menaburinya dengan taburan ayam goreng dan menghidangkannya dengan pancake keju dan susu tawar panas. Ia membawa nampan makanan itu ke hadapan Nolan.

Saat duduk di hadapan Nolan, Flair melihat bibir pria itu masih kering, keringat dingin juga masih keluar dari keningnya.

"Kamu masih merasa sakit?" Tanya Flair sambil mencermati wajah Nolan dari arah samping.

"Sudah jangan banyak tanya, aku sudah lapar sekali, bantu aku untuk makan!"

Dengan sabar Flair menyuapi Nolan seperti bayi. Nolan menikmati sekali perlakuan seperti ini. Satu-satunya yang begitu tulus menyuapinya seperti itu adalah almarhum ibunya. Seperti apa hati yang dimiliki gadis ini? Ia tidak menangis sudah dipermalukan oleh Altha dan Rubi seperti itu. Dia juga tidak menceritakan kepada Nolan tekanan yang dilakukan oleh adiknya itu. Nolan semakin terkesan dengan gadis di hadapannya itu.

Setelah selesai menyuapi Nolan dan mengelap mulut Nolan, Flair membantu pria itu untuk minum obat penurun panas lagi. " Kamu tidak ingin ke dokter? Hanya obat ini yang aku punya, jika kondisimu belum membaik seharusnya kamu periksakan ke dokter. Jangan menyiksa diri." Ujar Flair dengan raut kawatir.

"Dia akan datang sebentar lagi, mengapa mesti repot ke rumah sakit?" Sahut Nolan sambil memberikan gelas air bekas minum obat kepada Flair.

Tok!! Tokk!! Perry mengetuk pintu dari luar.

"Masuklah!!!" Seru Nolan.

"Mister, sudah kami temukan pelakunya." Ujar Perry sambil membungkuk.

Flair heran dengan perbincangan yang dilakukan kedua laki-laki ini. Apa yang dilakukan Perry untuk Nolan? Benak Flair sambil keluar ke ruang tamu.

Nolan berdiri sambil mengeluarkan sesuatu berwarna hitam dari kantongnya. "Kamera ini yang ia pasang di vas bunga di dekat lift kedua. Tanya siapa yang meyuruhnya!!!"

Flair memandang keheranan dengan mini kamera yang diserahkan kepada seorang pengawal dengan pakaian serba hitam yang masuk sesudah Perry. "Apa yang terjadi?" Tanya Flair.

Flair melihat di depan pintu masuk berdiri beberapa pengawal Nolan yang lain berpakaian serba hitam juga. Di antara mereka terdapat seorang pria berpakaian sebagai petugas kebersihan di apartemen itu dengan kedua tangannya terikat di belakang.

" Perry, bawa Flair masuk!!!!!" Perintah Nolan sambil keluar menuju para pengawalnya dan menutup pintu.

Perry mendorong tubuh Flair masuk ke kamar tamu dan berniat menguncinnya di sana. Tak terima akan dikunci di kamar seperti itu Flair berusaha menahan pintu kamar agar tidak tertutup. Dia berusaha melawan untuk bisa keluar.

Sementara di luar Nolan menanyai sang petugas kebersihan yang tampak gemetar ketakutan. Dengan mata dingin ia melayangkan tinjunya dengan sangat keras ke pipi pria itu dan darah segar mengucur dari pipinya bagian dalam.

"Siapa yang menyuruhmu??" Tanya Nolan tepat di telinga kanan pria itu.

"Aku takut, Tuan! Jika aku beritahu mereka akan membunuh anak istriku. Mereka mengancam seperti itu." Jawab sang petugas kebersihan sambil menangis menahan rasa sakit dan kawatir akan keluarganya.

"Jika tidak juga menjawab, aku yang akan melenyapkan keluargamu sekarang juga!" Bisik Nolan sambil meremas dagu si petugas kebersihan.

"Baiklah! Baiklah, Tuan!! Aku akan bicara tapi tolong lindungi keluargaku dari mereka.!" Petugas kebersihan itu memohon sambil berlutut.

"HHmmh!!!" Suara setuju Nolan sambil mendongak ke atas dengan angkuh.

"Katakan sekarang!! Aku tidak sabar lagi!!"

"Nona Altha, dan sahabatnya. Mereka adalah Nona Altha dan sahabatnya, Tuan." kata petugas kebersihan itu sambil menangis kaku.

"Baiklah kamu sudah memberitahuku, aku sangat berterima kasih. Tapi aku sangat benci orang yang menghianatiku!!!!" Jelas Nolan sambil menjambak rambut pria itu.

"Tapi Tuan, Mereka memaksaku! Mereka akan melukai keluargaku!!" Tangis petugas kebersihan itu semakin pecah.

"Seharusnya kamu bisa memberitahukan kepadaku apapun itu caraya!!! Dengan begitu aku bisa waspada!! Tapi kamu tidak melakukannya, jadi..." Gertak Nolan dengan wajah bengis.

Kemudian Nolan membalikkan badan sebelum membuka pintu ia berkata "....Aku akan tetap menghukummu!!! Aku benci penghianatan di sekitarku!!"

Nolan menunjuk salah satu eksekutor di antara para pengawalnya untuk mendekat kepadanya, " Beri dia pilihan, pilih mata atau tangan atau telinga!!!!"

Mendengar suara ribut Nolan dan para mengawalnya di luar, lari Flair semakin kencang. Firasatnya begitu buruk. Setelah berhasil lepas dari Perry yang hendak menguncinya di kamar tamu. Begitu sampai di ruang tamu hendak membuka pintu, Nolan berdiri balik pintu hendak masuk juga. Nolan kaget Flair bisa lepas dari Perry.

"AAAAAAARRRRRGGGGHHHHHHHH!!!!!"

Suara teriakan petugas kebersihan itu memecahkan keheningan siang yang tak akan pernah dilupakan Flair. Flair menutup mulutnya yang menganga menyaksikan darah bercucuran dari kepala kanan petugas kebersihan itu. Dengan sebuah telinga sebelah kanan yang tergeletak di lantai. Seketika pandangan mata Flair menjadi gelap. Ia jatuh pingsan tak sadarkan diri. Dan Nolan menangkap tubuh Flair agar tidak jatuh ke lantai.

"Perry!" Teriak Nolan memanggil sopirnya.

"Kau tidak becus menjaganya!!!" Nolan memberikan tubuh Flair yang pingsan pada Perry.

Lalu ia berdiri dan melempar setumpuk uang pada petugas kebersihan itu sebagai kompensasi.

"Pastikan keluarga mereka aman dari adikku. Laporkan padaku jika ada yang mencurigakan!!" Seru Nolan pada pengawalya.

"Bersihkan ini semua!!!" Perintah Nolan pada para pengawal sebelum memasuki apartemen dan tidak keluar lagi.

*******

Di rumah Fayre. Ia sangat merasa letih setelah seharian bekerja. Rory menyambut Fayre dengan seringai bahagia.

" Bagaimana di Flush-F hari ini?" Tanya Fayre sambil menerima laporan penjualan barang dari toko Flush-F.

" Ada beberapa item yang habis dan masih datang juga peminatnya." Jawab Rory sambil mengeluarkan sebuah undangan berwarna dusty ungu dari balik jaketnya.

"Pastikan kalian tidak melewatkannya." Seringai Rory pada Fayre dan Chad.

"Ah, Rory. Selamat aku ikut bahagia juga!!!" Seru Fayre sambil memeluk Rory.

Merasa kepalanya sedikit berkunang-kunang, Fayre menghentikan pelukannya kepada Rory.

"Aku rasa aku akan beristirahat dulu, kamu melanjutka berbincang dengan Chad saja."

" Baiklah Dear!" Sahut Rory melepaskan genggamannya dari tangan Fayre.

"Lalu kamu akan tinggal di mana setelah menikah?" Tanya Chad begitu Fayre naik ke kamarnya.

"Kami sudah membeli rumah di dekat Cadee Cafe and Resto. Aku dan Nikki akan tinggal di sana." Jelas Rory sambil menatap Chad yang tanpa senyum itu.

"Ada apa? Apa ada yang ingin kamu tanyakan kepadaku?" Tanya Rory curiga.

" Hanya kamu yang mengetahui kejadian di malam Fayre tidak bisa pulang ke rumah. Bisakah kamu menceritakan padaku di ruang kerja?" Ucap Chad dengan wajah serius.

Rory pun mengangguk dan ia sedikit takut dengan reaksi Chad dengan wajah seriusnya itu. Mereka berdua masuk ke ruang baca dan Rory menceritakan semua kejadian malam itu yang ia tahu di sana.

.

.

.

*) Jangan lupa Follow IG : MyAzra_Tyas

untuk tahu judul Novel saya yang lain


Load failed, please RETRY

Gifts

Gift -- Gift received

    Weekly Power Status

    Rank -- Power Ranking
    Stone -- Power stone

    Batch unlock chapters

    Table of Contents

    Display Options

    Background

    Font

    Size

    Chapter comments

    Write a review Reading Status: C37
    Fail to post. Please try again
    • Writing Quality
    • Stability of Updates
    • Story Development
    • Character Design
    • World Background

    The total score 0.0

    Review posted successfully! Read more reviews
    Vote with Power Stone
    Rank NO.-- Power Ranking
    Stone -- Power Stone
    Report inappropriate content
    error Tip

    Report abuse

    Paragraph comments

    Login