Download App
40.74% Love Chef | Jung Jaehyun / Chapter 11: Losing Start

Chapter 11: Losing Start

•-----•

A Challange

•-----•

"Benar - benar keterlaluan. Sudah susah payah aku membuat sketch itu, dilirik pun tidak!" gerutu Aya sambil mengusak rambut hitamnya.

Aya, gadis itu sungguh frustasi akibat proposal yang telah ia siapkan dengan matang —bahkan sampai tidak tidur, tak dilirik barang sedikit pun.

Kesal. Ingin marah. Menangis juga. Itulah yang dirasakan Aya saat ini. "Kau tahu 'kan doneus! Aku menyiapkan ini semua dengan sungguh - sungguh! Aarrrgh!" serunya. Aya geram dengan tindakan tak adil yang ia alami.

Sedangkan, Jeno tengah menjadi pendengar yang baik. Ia hanya mengangguk kecil, lalu berdehem untuk menanggapi gerutuan sahabatnya itu.

Sesekali ia terkekeh karena melihat ekspresi Aya yang berubah - ubah. Sungguh pemandangan yang sayang untuk dilewatkan —menurut Jeno.

"Aku tidak mau bekerja di sana lagi! Lebih baik aku solo karir!" seru Aya dengan antusias. "Tapi... bagaimana cara pemasarannya?" lanjutnya lirih.

Oh astaga! Aya membuat Jeno semakin gemas dengan tingkahnya itu. Mau tak mau Jeno angkat bicara. "Baru segitu kau sudah ingin menyerah? Payah sekali! Kau bukan sahabatku," sahutnya memprovokasi.

Jeno paham betul, kalau sahabat dari oroknya itu tak membutuhkan belas kasihan tapi cambukan keras yang membuatnya bersemangat. Dan Jeno tahu harus berbuat apa.

"Kau mengataiku payah?!" protes Aya tak terima. Ia memicingkan mata dan menatap sahabatnya yang sedang duduk di seberangnya dengan tatapan menusuk. "Kau bilang aku payah?" tanyanya lagi, memastikan.

Jeno mengangguk santai dan menyunggingkan senyumnya. "Kau memang payah firefly. Kau pa.yah!" sahutnya penuh penekanan di kalimat payah.

Terlihat Aya mulai emosi. Bukan, bukan emosi karena ingin marah pada Jeno. Melainkan emosi karena semangat yang semakin Aya rasakan. Ia tak terima bila dirinya dianggap payah. Dan berhasil, Jeno menggunakan kelemahan sahabatnya itu dengan baik.

Aya menggebrak meja, hingga membuat beberapa pengunjung melihat ke arahnya dengan tatapan bingung. Tapi, tak gadis itu hiraukan. "Kau lihat saja! Aku akan membawa hasil designku tembus ke CEO."

Jeno yang melihat Aya mulai bersemangat lagi, tak bisa menyembunyikan rasa senangnya. Bahkan ia tersenyum lebar membuat kedua matanya seperti hilang.

Mereka berdua —Aya dan Jeno, sedang berada di sebuah minimarket tak jauh dari La Bosseade. Waktu sudah menunjukkan pukul tujuh belas, dan itu adalah jam istirahat Jeno. Setelah menerima telepon dari Aya yang menggerutu tak jelas, Jeno langsung berlari untuk menemuinya.

Padahal, Jeno belum mendapat izin dari Jaehyun. Karena untuk makan malam hari ini, ia akan berkolaborasi memasak dengan Jaehyun dan Taeyong. Pasti, Jaehyun sedang mencari - cari Jeno.

"Chef Taeyong. Apa kau melihat chef Jeno? Ini sudah jam tujuh belas, sebentar lagi waktunya makan malam. Kita harus bergegas," ucap Jaehyun.

Benar 'kan? di La Bosseade, Jaehyun dan Taeyong sudah berkumpul untuk menyiapkan menu makan malam. Dan mencari keberadaan Jeno, salah satu sous chef andalan.

"Maaf chef, kurasa chef Jeno sedang beristirahat. Bagaimana kalau kuhubungi sebentar?" sahut Taeyong.

Jaehyun mengangguk. Tapi, detik berikutnya ia menghentikan langkah Taeyong yang hendak mengambil ponselnya di loker pantry. "Tunggu chef. Biar aku saja yang menghubunginya. Kau bisa melanjutkan menyiapkan bahannya."

"Baik chef." Taeyong menuruti perintah atasannya dan mulai melangkahkan kakinya menuju dapur bagian sayur - sayuran.

Sedangkan Jaehyun, ia menghentikan langkahnya di ruangan khusus executive chef. Sebelumnya ia sudah meminta nomor Jeno dari Jhonny, demi misi yang ia sepakati dengan Mingyu tempo hari.

Chef Jeno dialling...

[Yeoboseyo...]

Jaehyun mengernyitkan dahinya. Lalu menjauhkan ponselnya dari telinga dan melihat nama kontak di panggilannya.

"Ini benar nomor chef Jeno. Tapi, kenapa suaranya perempuan?" gumam Jaehyun. Ia kembali mendekatkan ponselnya ke telinga kanan.

[Ya, ini siapa ya? Bisa bicara dengan chef Jeno?]

Sedangkan di seberang telepon sana, ternyata yang menerima panggilan itu adalah Aya, karena Jeno sedang ke toilet. Kenapa Aya angkat? Karena biasanya kalau hanya nomor saja, pasti dari penggemar Jeno. Dan Aya sangat jahil —suka mengerjai mereka.

"Ini kenapa suaranya laki - laki? Penggemar Jeno bukan hanya perempuan? Woah daebakk!" gumam Aya antusias.

[Ini dengan siapa ya? Jenonya sedang ke toilet. Ada yang bisa aku bantu? Ah, iya kenalkan aku Aya, kekasih hatinya Jeno.]

Terlihat Aya terkikik geli. Apa yang baru saja merasuki dirinya? Ia mengaku - ngaku sebagai kekasih sahabatnya itu. Sungguh candaan yang sangat dinikmati Aya.

Berbeda dengan si penelepon —Jaehyun diam tak bergeming. Ia memastikan apa yang ia dengar benar atau salah. Bahkan ia beberapa kali menjauhkan dan mendekatkan ponselnya ke telinga.

"Astaga, ini Aya? Kenapa dia bilang kekasihnya chef Jeno? Apa dia bercanda? Astaga!" batin Jaehyun.

[Aya? Ini aku, Jaehyun. Kau masih ingat?]

[Jaehyun-ssi? Yang punya acara di La Bosseade? Teman Jeno?]

[Ya, kau benar.]

Jaehyun menyunggingkan senyumnya saat mengetahui bahwa Aya masih mengingatnya.

[O, astaga. Kukira... ah, tidak. Ada keperluan apa Jaehyun-ssi?]

[Ekhem. Aku membutuhkan tenaga chef Jeno untuk membantuku di kitchen. Bisa tolong kau sampaikan padanya?]

[Baik Jaehyun-ssi. Nanti akan kusampaikan. Apa ada pesan lain yang harus Jeno ketahaui?]

[Kurasa tidak ada. Terima kasih kalau begitu. Ah, iya...]

Jaehyun sedang menimang - nimang untuk bertanya apakah Aya akan makan malam di restorannya atau tidak.

[Ada apa?]

[Ah, tidak... ya sudah, annyeonghaseyo.]

"Hhh... astaga. Kenapa aku segugup ini. Perasaan aneh apa yang sedang kurasakan?" gumam Jaehyun pelan.

Hingga suara Taeyong menginterupsi Jaehyun. "Maaf chef, ada tamu untukmu di ruangan kerjamu."

"Siapa?" sahut Jaehyun sambil mengernyitkan dahinya.

Taeyong menggedikkan bahunya singkat. "Kau bisa menanyakan ini pada Tuan Johnny," sahutnya.

"Hm, baiklah. Terima kasih chef. Tolong kau handle kitchen selama aku tak ada. Dan berikan catatan ini pada chef Jeno nanti," ucap Jaehyun dan memberikan selembar kertas pada Taeyong.

Selembar kertas itu adalah resep dan bahan - bahan yang akan digunakan untuk menu makan malam hari ini. Berhubung Jeno adalah sous chef, ia dibawah kendali langsung dari Jaehyun.

Taeyong mengangguk dan menerima kertas itu. "Baik chef."

"Terima kasih, aku akan ke ruanganku sekarang," sahut Jaehyun. Detik berikutnya ia melangkahkan kaki menuju ruangan khusus dirinya.

Sedang di sisi lain. Jeno baru saja kembali dari toilet dan mendapati Aya yang tengah mengutak - ngatik ponselnya. Jangan lupakan, gadis itu tahu kunci pola ponsel milik Jeno. Karena dari awal Jeno membeli ponsel, gadis itulah yang membuatkan kunci polanya.

"Sedang apa kau? Kenapa senyam - senyum sendiri?" tegur Jeno.

Aya mendongakkan kepalanya untuk melihat Jeno yang masih berdiri. "Tadi ada telepon dari Jaehyun. Kukira dari penggemarmu, niatku ingin mengerjainya tapi tidak jadi."

"Kau ini, kebiasaan sekali. Pantas saja aku masih single sampai detik ini, karena ulahmu yang selalu mengaku - ngaku kekasihku," sahut Jeno sambil duduk di samping Aya.

Aya tertawa. "Kau marah? Ya sudah, lain kali aku tidak mau membantumu lagi kalau ada penggemar fanatikmu itu."

"Siapa yang bilang aku marah? Justru aku ingin semua itu benar terjadi. Jadilah kekasihku, firefly. Agar kau tidak terlihat mengenaskan karena selalu sendiri. Hitung - hitung move on dari Mingyu."

Satu detik. Dua detik. Tiga detik. "Kau gila eoh? Mana mungkin! Lagi pula aku sudah move on dari laki - laki itu!" jawab Aya penuh penekanan.

"Kau yakin? Buktinya semalam apa?" Jeno memperagakan bagaimana Aya bicara pada Mingyu semalam saat gadis itu tak sadar diri. "Aku masih mencintaimu..."

Membuat Aya geli dengan tingkah sahabatnya itu. "Cukup doneus! Menjijikan sekali! Jangan kau ingatkan lagi!"

"Ya... ya... lagi pula aku juga tidak ingin memiliki kekasih sepertimu. Makanmu banyak. Cerewet. Cengeng. Apa lagi?" sahut Jeno sambil terkekeh.

Aya, gadis itu menggeram kecil. "Awas saja kau doneus! Ayo, aku terima tantanganmu! Aku akan menjadi kekasihmu selama satu minggu. Kita lihat siapa yang akan jatuh cinta lebih dulu. Tidak boleh ada yang mengatakan putus sampai waktunya habis! Bagaimana?" ucapnya.

Menyunggingkan senyum. Jeno berhasil membuat perangkap untuk sahabatnya itu. Ia hanya ingin membantu Aya agar bisa membuka hatinya lagi, terlepas dari apa yang membuatnya jadi menutup hati.

"Siapa takut! Satu minggu!" sahut Jeno antusias.

Aya menyeringai. "Lihat saja doneus! Aku akan membuatmu kerepotan dan tidak menyukaiku."

"Deal!" sahut Jeno.

Tanpa mereka berdua sadari, keputusan yang diambil hari ini akan menjadikan hari esok dan seterusnya penuh dengan kejutan. Akan ada tawa, tangis, bahagia, sedih dan patah hati.


Load failed, please RETRY

Weekly Power Status

Rank -- Power Ranking
Stone -- Power stone

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C11
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Vote with Power Stone
Rank NO.-- Power Ranking
Stone -- Power Stone
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login