Setelah melewati serangkaian interogasi dari kedua orangtuanya yang terkejut dan khawatir atas kejadian nahas hari ini..Bulan berusaha menenangkan mereka bahwa ia baik-baik saja. Semua sudah ditangani pihak kepolisian dengan sangat baik. Bulan juga menceritakan tentang teman pria barunya, Bagaskara, yang mendampinginya seharian tadi. Kedua orang tuanya berniat untuk mengundangnya ke rumah untuk mengucapkan terimakasih. Setelah berusaha meyakinkan untuk kesekian kalinya untuk menenangkan hati mamanya, Bulan segera membersihkan diri. Ia merasa sangat letih. Ponsel yang sempat berpindah tangan namun kini sudah dikembalikan oleh pihak kepolisian kepadanya kini baru sempat ia periksa lagi. Ada sesuatu yang sangat ia tunggu. Kabar dari Bagaskara.
Bagaskara 💌, " Hai..aq sudah sampai di rumah. Kau pasti sangat lelah sekarang setelah interogasi dari orang tua mu😀"
Bulan 💌, " Hai juga..yaa..lumayan. Mau gimana lagi, mereka pasti khawatir. Kau juga pasti lelah seharian mendampingi q. Terima kasih."
Bagaskara 💌, " With all of my pleasure..Besok apa boleh aq berkunjung?"
Bulan 💌, "Tentu saja..tapi..apa kau tidak dinas?"
Bagaskara 💌, " Iya..besok waktu q hanya setengah hari. Jika tidak ada giat, aq akan mengabarimu."
Bulan 💌, " Baiklah..sampai ketemu besok, Bagaskara.."
Bagaskara💌, " Ok..sleep tight.."
Daaan..percakapan singkat ini mampu meringankan hati Bulan dalam sekejap. Pegal-pegal yang ia rasakan akibat memar-memar itu seperti melunak. Hatinya mulai merasakan kembali sensasi hangat dan debar yang menjalar ke setiap bagian tubuhnya. Tanpa sadar ia pun tersenyum..kembali mengatur letak bantal dan selimut nya, Bulan pun tenggelam dalam mimpi manis pertemuannya yang intens hari ini bersama pria tampan yang selama ini mengisi mimpinya di malam-malam yang lalu. Ooh.. sebaiknya aq harus lebih berhati-hati dalam bersikap. Karena sepertinya hati q mulai mengkhianati diri q sendiri, dan aq tidak mau menyakiti hati siapapun. Tetapi..mungkin dia hanya ingin dekat sebagai teman? Sepertinya aq terlalu banyak berkhayal akhir-akhir ini.
Aq yang bersalah..
Dan kemudian Bulan hanyut larut ke dalam aliran lembut buaian mimpinya yang menyelimuti angannya akan seorang pria tampan yang baru saja berdiri di hadapannya. Merengkuhnya dalam satu dekapan hangat, mendekapnya dalam ikatan kuat tak bercelah namun sangat melindungi. Dan Bulan membiarkannya hanyut dalam simfoni merdu alam bawah sadarnya..semakin mendalam dan tenggelam.
Pagi itu matahari masih malu-malu menampakkan diri dari balik rimbunnya dedaunan pepohonan di depan jendela kamar Bulan. Namun Bulan sudah nampak sangat bersemangat bersiap menyambut awalnya hari. Walau mamanya menawarkan berbagai menu sarapan pagi lebih enak dari biasanya dan berusaha membujuknya untuk tetap beristirahat di rumah..namun saat melihat sinar di kedua mata anaknya ini mama pun tidak berusaha memaksanya. Lagi pula luka nya hanyalah luka kecil.. Sambil terus mengingat kan agar jangan berjalan seorang diri, mama memintanya untuk membawa persediaan obat maag nya untuk berjaga jika sewaktu-waktu diperlukan.
Ting..ponselnya berdenting menandakan ada pesan yang baru masuk.
Dhany 💌, " Good morning, sweet..how are you? Gimana tadi malam tidur mu? Nyenyak? Sudah sarapan?"
Bulan tidak segera membalas pesan Dhany..matanya berkedip beberapa kali. Dia baru menyadari bahwa kemarin seharian mereka tidak berkomunikasi sejak siang. Dan ia tidak menyadarinya sama sekali. Bahkan dari nada pesan yang dikirim Dhany sepertinya landai-landai saja. " Salah q..tidak memberinya kabar kejadian itu kemarin.." Bulan menghela nafasnya..
Bulan💌, " Morning..yes..sleep like a baby..😊. Yaa..sarapan jus jeruk aja. Ini mw otw ke boutique."
Dhany💌, " Ok, hati-hati di jalan."
Bulan 💌, " Thanks"
Bulan menatap layar ponselnya agak lama.. kenapa aq tidak merasakan getaran itu?..
Jam telah menunjukkan pukul 11.30 WIB. Bulan sedang menonton sebuah chanel fashion di TV di ruang tengah boutique nya. Salah satu asistennya mendatanginya untuk memberi tau ada tamu. Saat Bulan melihat dari CCTV, ternyata Dhany.
Bulan: "Desi, tolong bawa masuk tamu q."
Desi: " Baik.."
Sesaat kemudian Dhany pun masuk dengan membawa 2 kotak paket, sepertinya makanan. Dhany: " Hi, sayang..sedang apa? Ini, aq bawakan dim sum. Kemarin aq bersama teman-teman q makan di resto hotel satu blok dari kantor. Dim Sum nya enak."
Bulan: " Wah..terimakasih, Dhany..aq memang belum makan siang."
Dan segera mereka berdua menikmati hidangan dim sum itu sambil mengobrol.
Obrolan ringan seputar masalah pekerjaan dan beberapa kolega Dhany membuat Bulan sedikit banyak membayangkan relasi nya dengan lingkungannya. Yaa..Dhany memang sangat terbuka dalam pergaulannya.
" Sebelum bekerja di tempat q sekarang, aq sempat bekerja di sebuah perusahaan milik WNA..asal Turki..dia pemasok tembakau untuk beberapa pabrik rokok besar. Saat itu aq bertugas untuk mengecek kwalitas tembakau yang akan ia beli. Aq seringkali bepergian ke beberapa penjuru negara ini karena penugasan itu." Dhany menjelaskan masa lalu nya..kemudian melanjutkan..," Aq ingin menceritakan hubungan q dengan beberapa teman wanita q..teman..benar-benar hanya sebatas teman."
Bulan merasakan udara di sekitarnya menjadi lebih dingin beberapa derajat dari sebelumnya.
" Waktu itu aq di tugas kan ke suatu daerah, bersama rekan kerja q satu tim, Dewi. Dia pribadi yang luwes dan easy going..sangat ramah..tapi q tekankan di sini..kami benar-benar hanya teman." Dhany melihat lurus pada Bulan, memeriksa reaksinya. " Lanjutkanlah cerita mu.." Bulan menghentikan kegiatan makannya.
" Perusahaan sudah memenuhi segala biaya akomodasi kami. Masing-masing.. Tapi karena alasan kami untuk menghemat, maka kami putuskan untuk hanya menyewa 1 kamar hotel saja. Tempat tidur terpisah." Dhany kembali menatap Bulan, berjaga-jaga jika ternyata Bulan tidak merasa nyaman.
" Apa pihak hotel tidak keberatan? Biasanya dimintai surat nikah kan?" Bulan berusaha mengatur intonasi suaranya. " Saat itu mereka hanya saling melempar pandangan, tapi kami tetap bisa menyewa kamar di situ. Dan saat itu di pikiran kami tidak ada niat macam-macam..hanya untuk penghematan saja..dan aq pun sama sekali tidak ada pikiran macam-macam pada rekan kerja q itu. Dan memang hubungan kami murni teman, kami sering bercanda satu sama lain, kompak..selayaknya rekan satu tim. Dan yakinlah, saat di dalam kamar pun kami bertingkah seperti teman biasa. Tidak ada aneh-aneh."
" Hmm..kenapa kau ceritakan ini pada q, Dhany?" Bulan benar-benar berusaha mengatur nafasnya yang mulai cepat..mau tidak mau..pikirannya dipaksa mereka ulang kejadian Dhany saat itu..seberapa dekat mereka berdua? Apakah Dhany benar-benar jujur? Apakah Dhany hanya memiliki teman dekat seperti itu satu saja? Kenapa hanya demi menghemat, ia memilih tidur satu kamar dengan ranjang bersebelahan dengan teman wanita nya?..Dan saat itu mereka benar-benar hanya berdua.. Apa maksud Dhany menceritakan hal ini pada q?
" Bulan..aq memang punya banyak teman wanita..mereka dekat dengan q..tetapi hanya sebatas itu. Aq menceritakan ini agar kau mengerti..bahwa walaupun berada dalam kondisi paling mungkin untuk melakukan hal itu..aq tidak akan pernah berfikiran macam-macam.. karena mereka hanya sebatas teman q. Aq bisa menjaga diri q sendiri.." Dhany mencoba meyakinkan Bulan..tentang bagaimana hubungan pertemanannya selama ini berjalan..sedekat apapun itu..dia akan tetap dapat menjaga diri.
" Hmm..yaa..q lihat kau memang sangat dekat dengan teman-teman wanita mu, Dhany. Kau sangat pandai membawa diri berteman dengan para wanita. Tapi..apa tidak ada satupun dari mereka yang berhasil mencuri hati mu? Bukankah cinta bisa datang karena kebiasaan bertemu? Atau karena kedekatan kalian?" Bulan yakin bisa mendengar degup jantungnya sendiri kali ini.
" Selama ini tidak pernah..mereka yang memiliki hubungan spesial dengan q..memang bukan berawal dari pertemanan." Dhany menjelaskan.
" Maksudmu.. kekasih-kekasihmu dulu seperti q? Kau memang dengan sengaja mendekat karena tujuan khusus begitu?" Bulan mencoba membuat pengertiannya sendiri.
" Yaa..memang begitu.. mereka bukan berawal sebagai teman.." Dhany mulai merasa ketegangan antara mereka. " Apa kau baik-baik saja?"
" Oh, I'am fine.. really really fine.."
Namun sebenarnya apa yang dirasakan oleh Bulan sama sekali tidak membuatnya baik-baik saja.. Ohh..mungkin Bulan tidak akan menuntut bukti kejujuran Dhany..karena itu berarti membuka kenangan lamanya lagi..dan apakah ia sanggup untuk memilah-milah setiap hubungan pertemanan Dhany dengan teman-teman wanita nya? Bulan tidak sudi repot-repot membuang waktu, tenaga dan fikiran untuk sesuatu yang ujungnya hanya akan membuata hatinya dalam posisi tidak baik.
Sebenarnya yang Bulan risaukan adalah..jika Dhany memiliki teman wanita yang memang jumlahnya tidak sedikit.. apa ia mampu untuk menahan dirinya menghadapi hubungan ini? Seberapa tahan hatinya saat melihat orang yang ia cintai ternyata dekat dan bahkan tidak risau untuk bersentuhan dengan teman-teman wanitanya? Walau Dhany berulang kali mengatakan bahwa ia bisa menjaga diri dengan baik..namun dalam hubungan percintaan di mana pun di belahan dunia ini pasti ada konflik..ada masalah..ada pertengkaran..Saat itu terjadi..siapapun teman dekat wanita Dhany saat itu memiliki akses masuk ke ruang pribadinya..Dan Bulan bukan tipe pembuka ruang pribadinya untuk publik. Siapapun itu..
Bulan merasa ada celah berbahaya dalam hubungan mereka..