Download App
13.15% Hirarki abu-abu / Chapter 15: Beraninya kau..

Chapter 15: Beraninya kau..

Bulan menunggu dengan ragu-ragu di ruang kerja tim Surat Kabar. Setelah sarapan bersama, mereka memang berpisah karena perbedaan jadwal kuliah. Sedangkan Bulan yang memang sudah tidak ada jadwal lebih memilih untuk memeriksa beberapa hasil liputannya yang terakhir sebelum wisuda. Di ruang kerja, dia tidak sendiri, Yuda, seringkali dipanggil dengan sebutan "pak Bos," menemaninya sambil memeriksa dokumen kerjasama pihak luar kampus.

"Seharusnya kita lebih meneliti pihak sponsor yang akan kita ajak bekerjasama." Yuda bicara sembari tetap membuka-buka dokumen.

" Ada masalah apa, pak Bos? Event kemarin sepertinya baik-baik saja." Bulan melirik Yuda dari sudut matanya.

"Ada masalah, tapi di dalam. Kalian memang belum tau." Yuda bicara agak serius.

"Serius? Masalah apa, pak Bos? Kenapa tidak ada yang tau?" Bulan mulai menanggapi serius dan memutar tubuhnya menghadap Yuda.

"Dalam seminar kemarin, pihak narasumber membawa beberapa asisten. Dan salah satu dari mereka mencuri pujaan hati q.." Yuda berbicara dalam nada serius dan dalam.

Sejenak Bulan terdiam..kemudian dengan secepat kilat meraih tumpukan surat kabar bulan lalu dan melemparnya ke arah Yuda. "Brengsek kau..sia-sia waktu 2 menit q!"

Yuda tertawa terbahak-bahak, puas sekali jebakan jahilnya memakan korban. Setelah saving data, Bulan menutup laptop dan bergegas ke luar ruangan.

"Yaaaa..mau ke mana kau?" Yuda protes karena ditinggal sendirian. "Mau lihat-lihat buku pedoman di perpus. Mau ikut?" Bulan setengah hati mengajak Yuda.

"Tidak, aq masih ingin memeriksa beberapa dokumen lagi. Cepat kembali, sepertinya Malven mencarimu tadi." Yuda kembali menggodanya.

"Hmm..mulai lagiiiiii.." Bulan segera melangkahkan kaki menuju perpustakaan. Melewati kolam ikan koi besar dengan beberapa bunga teratai ungu di permukaan..gemericik air terjun kecil meneduhkan suasana hatinya. Gemerisik angin berhembus melewati daun-daun bambu hias di sepanjang jalan kecil penghubung antar gedung. Bulan memperlahan langkah kakinya.. menuruni beberapa undakan besar, mengitari gedung i dan melewati jembatan yang di bawahnya mengalir sungai kecil bening yang alirannya cukup deras. Tibalah ia di gedung perpustakaan.

Hanya terdiri dari dua lantai, tetapi cukup besar dan tinggi. Dindingnya dilapisi marmer putih bercorak abu-abu samar. Terdapat beberapa pilar besar di depan pintu utama, dan beberapa pilar sedang di pintu ke dua di lantai atas. Pintu utama sangat tinggi dan megah. Menuju langsung ke loby perpustakaan literatur umum. Kali ini Bulan tidak memasuki pintu utama. Dia berjalan melalui tangga besar menuju lantai dua. Memasuki pintu perpustakaan lt dua, meletakkan tas nya ke dalam loker dan menguncinya, kemudian Bulan masuk dan mulai berbaur dengan mahasiswa lainnya yang tengah berseliweran di antara lemari-lemari besar berisikan literatur-literatur khusus dan tidak diperkenankan untuk dipinjam. Jika mereka memerlukannya sebagai data tambahan, mereka hanya diizinkan untuk mencatatnya saja di ruangan yang telah disediakan. Bulan mendapatkan literatur yang ia cari ternyata tidak ada. Mungkin sedang digunakan oleh mahasiswa lain. Akhirnya dia memutuskan akan mencarinya kembali esok hari. Saat ini Bulan mengambil surat kabar harian yang tersedia di rak surat kabar. Memilih kursi meja di dekat jendela, dan mulai membolak-balik halamannya. Berita selebritis dan fashion lebih menarik untuk saat ini. Tetapi dia tetap membaca pembahasan politik dan ekonomi. Setelah puas membaca, Bulan melangkah keluar perpustakaan. Mengambil tas dan mengembalikan kunci loker pada petugas. Di teras depan pintu perpustakaan lantai dua cukup luas sehingga cukup bagi 1 taman kecil dan 3 meja melingkar dengan 5 kursi di tiap-tiap sisinya sebagai tempat mahasiswa berdiskusi. Sedangkan tempat favorit tim kerja Surat Kabar adalah ruang diskusi di lantai atas perpustakaan utama. Saat melangkah menuju tangga, tiba-tiba ada yang memanggilnya. Bulan menoleh, dan dia melihat raut wajah yang sangat tidak ingin ia lihat. Wajah sumringah yang dibuat-buat. Rambut sebahu, mengenakan stelan blazer coklat dan celana kain. Mau apa dia di sini? Jika benar perkataan Chintya tadi pagi bahwa dia melihat Leo dan wanita ini di sini. Maka..


Load failed, please RETRY

Weekly Power Status

Rank -- Power Ranking
Stone -- Power stone

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C15
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Vote with Power Stone
Rank NO.-- Power Ranking
Stone -- Power Stone
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login