Malam di hotel tempat adam dan Klarissa menginap.
"Makanlah dulu ini, aku mohon jangan seperti anak kecil yang sakit dan tidak ingin memakan apapun, kamu hanya demam biasa, aku mendengar jelas apa yang dokter katakan tadi siang, tapi sikapmu ini berlebihan, dari siang setiap kamu akan minum obat kamu tidak ingin makan apapun, lalu kenapa tadi siang harus capek-capek ke klinik untuk mendapatkan pengobatan??". Klarissa kesal karena adam tidak ingin makan apapun hari itu, dia hanya meminum air dan buah saja, sedangkan adam harus meminum obat yang mengharuskan dirinya memakan sesuatu yang berisi seperti nasi, roti, atau bubur.
"Diamlah, karena ternyata aku hanya demam makannya aku tidak memerlukan obat, aku pikir aku terkena penyakit serius saat tadi pagi bangun tidur, itu kenapa aku ingin berobat, tapi ternyata aku hanya demam jadi tidak perlu khawatir dan repot dengan semua obat-obat itu" Adam terus menatap layar tv dan berbicara dengan santai kepada klarissa yang sedang kesal padanya.
"Apa kamu bodoh???? Bagaimana bisa hanya karena terguyur hujan kamu berpikiran terkena penyakit serius??? Aaah sungguh salah aku datang ke tempat ini dan memperdulikan orang frustasi sepertimu, pikiranmu sudah benar-benar kacau". Klarissa meletakkan mangkuk supnya dan berdiri berniat untuk meninggalkan kamar adam karena tidak berhasil membujuknya makan.
"Kamu akan pergi kemana? bukankah kamu berjanji akan mengurusku seperti seorang istri yang baik????" Adam memegang lengan klarisa mencoba untuk menghentikannya.
"Hentikan membuat hubungan kita seperti permainan anak kecil seperti itu !!!!! Aku butuh mandi untuk membersihkan tubuhku, aku sudah terlalu repot mengurusi anak kecil yang demam hari ini". Klarisa menepis tangan adam dan berjalan menuju pintu.
Saat dia akan membuka pintu adam langsung mengatakan hal yang tidak klarisa duga sebelumnya.
"Aku serius dengan ucapanku, aku ingin kamu jadi istri yang baik untukku, aku ingin kamu mengurus dan melayaniku seperti layaknya suamimu, dan aku juga akan melakukan hal yang sama padamu, aku akan berusaha menjadi suami yang baik untukmu, meskipun aku belum tahu seperti apa perasaan yang aku miliki untukmu, tapi yang aku tahu, bahwa sekarang hanya kamulah yang bisa menemaniku dan mengerti kondisiku, juga membuatku nyaman dan bisa tetap menjadi diriku sendiri saat bersamamu. Aku harap kamu mau memberikan kesempatan padaku dan pada hubungan kita !!!!!". Adam berbicara sambil menatap wajah klarisa dengan tetap terbaring di ranjangnya.
Klarissa yang terkejut dengan semua pengakuan adam langsung membuka pintu dan keluar dari sana, dia tidak tahu harus menjawab apa atas semua yang adam katakan padanya secara tiba-tiba itu.
"Apa yang dia katakan tadi??? apa dia sadar??? atau dia sudah benar-benar tidak normal????" Klarissa sambil berjalan cepat menuju kamarnya yang berada tepat si samping kamar adam.
"Dia pasti terkejut dengan pengakuanku, apa yang harus aku lakukan agar dia yakin dengan yang aku ucapkan?????". Adam terus berpikir di kamarnya, dengan terus mencari tempat makan romantis di kota itu dari ponselnya.
Adam bangkit dari kasurnya ketika mendengar seseorang yang seperti memanggil namanya dari arah balkon kamarnya.
"Adam, keluarlah !!!!!!!" Klarissa memanggil adam dari balkon kamarnya, dan adam yang mendengar itu segera beranjak dan keluar dari kamarnya menuju balkon.
"Apa yang sedang kamu lakukan??? kenapa kamu memanggilku disini, lebih baik kamu masuk sekarang dan datang ke kamarku, kita masih harus bicara". Adam tidak mengerti dengan maksud klarisa memanggilnya dari sana.
"Aku tidak akan datang padamu jika kamu tidak berkata dengan jujur padaku bahwa apa yang kamu ucapkan tadi adalah kebohongan dan hanya menjebakku, aku sudah bilang padamu untuk menghentikan membuat hubungan pernikahan kita sebagai lelucon seperti itu, tapi kamu tidak pernah mau mendengarku". Klarissa sedikit berteriak agar suaranya bisa terdengar jelas oleh adam.
"Apa kau gila???? cepat datang kemari !!!! akan aku katakan semua yang ingin aku katakan padamu, di luar sangat dingin, kamu tahu aku sedang demam, dan sekarang kamu membuatku kedinginan disini, cepat kemari !!!!!!" Adam tidak memperdulikan keinginan klarissa, dia hanya ingin klarissa datang padanya dan berbicara langsung dengannya dari dekat.
"Tidak!!! aku tidak mau, aku tidak mau terus menjadi bahan leluconmu, kita akan melaksanakan sidang perceraian pertama kita dalam beberapa hari lagi dari seksrang, dan kamu berpikir masih bisa membuatku terbuai dengan semua kebohonganmu padaku????? aku baru saja menyaksikan bagaimana kamu begitu menderita karena pernikahan kinan dan bayu sampai rela menangis di bawah derasnya hujan karena tidak bisa melupakannya, dan sekarang kamu berbicara dengan mudah untuk bisa hidup denganku sebagai suami dan istri sebenarnya???? kamu pikir aku bisa mempercayai omong kosongmu itu????" klarisa dengan tekanan yang tegas berbicara pada adam, dia ingin adam tahu bahwa dirinya tidak bisa di permainkan dan tidak akan lama lagi mereka akan benar-benar berpisah secara hukum.
"Baiklah !!!" Adam masuk ke kamarnya dan menutup pintu balkonnya tanpa mengatakan apapun lagi.
Klarisa terkejut dengan reaksi adam yang meninggalkannya begitu saja, dia terus memanggil adam dan tetap tidak mendapatkan jawaban, akhirnya dia diam disana dan mencoba memahami apa yang sebenarnya terjadi disana.
Setelah beberapa lama dia terdiam tenggelam dengan pikirannya yang kacau karena adam, seseorang mengetuk pintu kamarnya beberapa kali.
Klarissa tidak berpikir itu adam, karena tidak mungkin adam mau datang ke kamarnya, dia hanya berpikir itu mungkin petugas hotel yang mengantarkan baju laundry nya.
Klarisa segera bangkit dan membuka pintu tanpa berpikir panjang lagi.
Saat dia membukanya adam berdiri tepat di sana, di hadapan klarissa dengan menggunakan stelan jas rapih dan tatanan rambut yang sangat keren, klarisa melihat adam saat itu langsung teringat penampilan adam waktu mereka berdua melaksanakan pernikahan, dasi dan sapu tangan yang terselip di sakunya melengkapi penampilannya yang terlalu berlebihan untuk mendatangi klarissa yang berada tepat di samping kamarnya.
Mengingat adam yang baru saja dia lihat di balkon mengenakan kaos putih dan celana tidur dengan rambut berantakan dan wajah yang sangat lemas karena tidur seharian di kamarnya.
"Ada apa ini????" Belum sempat klarisa melanjutkan pertanyaannya, adam langsung meraih tubuh klarisa dan memeluknya dengan erat, sampai klarisa seperti tidak bisa bernafas.
"Lepaskan !!!! apa yang kamu lakukan??? kembali klarisa belum selesai dengan kata-katanya, adam menghentikannya kali ini dengan ciuman penuh gairah yang lama kelamaan membuat klarisa hanyut bersama ritme sentuhan adam di bibirnya.
"Aku ingin kamu menjadi istriku !!!! lupakan soal persidangan perceraian kita yang tinggal menghitung hari itu, aku sudah membatalkannya saat tiba di kota ini dengan menelpon pengacaraku, aku menyadari bahwa aku membutuhkanmu, aku percaya hanya kamu yang bisa memahamiku dengan semua kekurangan dan pengalaman burukku tentang cinta, aku ingin kita berdua saling sabar untuk menunggu hati kita sama-sama saling terbuka satu sama lain, aku mohon berikan kesempatan pada hubungan ini !!!!!!".
Adam tidak bisa menahan perasaannya lagi, meskipun ia belum yakin betul dengan perasaan yang ia miliki untuk klarisa istrinya, tapi dia tahu bahwa dia masih memiliki hak atas diri klarisa sebagai suaminya, meskipun dia tahu bahwa dia bahkan belum pernah melakukan tanggungjawabnya dengan benar sebagai seorang suami selama ini, saat itu yang adam lakukan hanya ingin meyakinkan klarisa dan meluapkan perasaan yang telah ia pendam selama pelariannya yang terus merindukan klarisa.
Adam melepaskan ciumannya dan berbicara dengan menatap wajah klarisa dengan sangat dalam dan kata-kata yang terdengar penuh dengan keyakinan, akhirnya mampu membuat klarisa menitikkan air matanya, air mata bahagia yang belum pernah ia rasakan sebelumnya, perasaan haru dan tersentuh hingga hati terdalamnya membuat klarisa tak mampu berkata apa-apa untuk menjawab semua pengakuan adam padanya.
Mereka hanya kembali berpelukkan dan adam terus membelai rambut klarissa dengan penuh kasih sayang karena klarisa yang terus menangis karena bahagia yang ia rasakan.
Malam berlalu dengan kebahagian di hati adam dan klarisa, sepasang suami istri itu kini sedang belajar memahami satu sama lain dan membuka hati mereka untuk mempertahankan rumah tangganya.