Pagi pun tiba dengan berakhirnya hujan yang telah memberikan kesejukan pada hati adam. Dia merasa harus memulai hari yang baru saat itu.
"Apa ini sudah pagi???? aaaah kepalaku pusing sekali???? hujan semalam membuat badanku sangat tidak enak pagi ini, apa aku sakit??? adam memegang keningnya memastikan suhu tubuhnya saat itu yang terasa sangat tidak enak.
"Waaaah aku bisa sakit juga ternyata, kapan terakhir kali aku merasakan ini???? apa yang harus aku lakukan sekarang???" adam segera bangkit dari kasurnya dan pergi ke kamar mandi, setelah selesai dia segera menelpon resepsionis dan menanyakan apakah hotel itu menyediakan tim medis di hotel itu.
"Maaf pak, tapi kami tidak menyediakan tim kesehatan di hotel kami, jika anda membutuhkan pertolongan dokter, kita bisa memanggil mereka untuk anda atau kami antar anda secara langsung ke klinik atau rumah sakit terdekat" resepsionis menjelaskan situasinya pada adam.
"oh seperti itu, baiklah tolong aturkan supir untuk mengantarkanku ke klinik terdekat, 5 menit lagi saya akan ke sana" adam langsung menutup telponnya dan bersiap untuk keluar.
"Aku tidak bisa menyepelekan keadaanku, aku sedang sendirian di kota ini dan jika ini bertambah parah maka aku akan semakin menyedihkan di pengasinganku ini" adam terus berbicara pada dirinya sendiri sambil menutup pintu kamarnya.
Dan saat adam akhirnya keluar dari kamarnya, adam sangat di buat terkejut dengan seseorang yang telah berdiri di depan kamarnya.
"Ya Tuhan,,,,,,, Klarissa apa yang kamu lakukan disini???? Bagaimana kamu tahu aku disini??? aaaah kamu membuat jantungku seperti berhenti berdetak saat kamu berdiri di sini seperti hantu yang tiba-tiba muncul di sekitarku". Adam segera membuka kembali pintu kamarnya dan menarik klarissa masuk ke dalam kamar ketika dia selesai melihat ke sekitar lorong kamar hotelnya karena khawatir ada seseorang yang mengikuti klarissa kesana.
"Kamu tidak membawa rombongan apapun kan untuk datang kesini??? apa kamu datang kesini di perintahkan ayahku???? bagaimana bisa dia tahu tempat persembunyianku sekarang???? Aku sengaja berpindah-pindah tempat agar dia kesulitan melacakku". Adam terus berbicara sambil membawa minuman dari kulkasnya untuk klarisa yang baru saja tiba.
"Kenapa kamu diam saja ???? Apa kamu masih lelah karena perjalanan????".
"Aku sudah ada di hotel ini sejak 2 hari yang lalu, dan kamarku tepat di samping kamarmu, bahkan aku bisa melihatmu menangis dari balkon kamarku semalam, jadi kamu tidak perlu repot-repot memberikan aku air minum ini, aku tidak habis melakukan perjalanan jauh, dua hari disini sudah cukup untuk aku beristirahat dari kemarin di kamarku".
Kemudian klarissa berjalan menuju pintu yang mengarah ke balkon sambil berbicara dengan santai seperti gayanya yang dingin.
"Apa???? dua hari???? apa yang kamu lakukan disini??? apa kamu menguntitku????" Adam terkejut dengan pengakuan istrinya itu.
"Apa salah bagiku mencari suamiku yang hilang bak di telan bumi, disaat semua orang mencarimu, wajar bagiku untuk menemukanmu terlebih dahulu bukan??? aku bukan dikirim oleh ayahmu atau siapapun, orangku berhasil menemukanmu saat kamu mengaktifkan ponselmu beberapa hari lalu dan mengganti SIM cardmu, and than surprise !!!!! aku ada disini sekarang??? bukankah itu cukup mengejutkanmu lelaki malang yang kesepian??????" Klarissa menjelaskan bagaimana dia bisa sampai kesana dan menggoda adam dengan mengatakan bahwa adam pria yang malang.
"Bagaimana bisa kamu mengatakan bahwa suamimu ini lelaki malang yang kesepian, bukankah jika aku benar kesepian itu artinya kamu yang jadi istriku tidak berguna sama sekali, bagaimana bisa kamu membuat suamimu ini kesepian di sebuah pulau terpencil seperti ini?????" suasana semakin ringan ketika mereka akhirnya tertawa berdua menikmati pagi itu dengan sedikit kecanggungan pada awalnya.
"Aku mohon jangan beritahukan siapapun soal yang kamu lihat tadi malam di balkon itu, atau aku akan benar-benar menghilang selamanya" mereka berdua akhirnya saling memberikan senyuman tanpa berkata apa-apa lagi.
Klarisa mencoba mengerti kesedihan adam sejak dua hari lalu kedatangannya kesana, sehingga dia belum berani mendekat pada adam saat itu.
Klarissa terus melihat adam yang hanya diam di balkonnya menatap laut di depannya dan terus memasang wajah sendu dan murung, klarissa merasa meskipun dia ada di samping adam saat itu belum tentu dia bisa membuatnya tersenyum atau melupakan masalahnya, jadi dia memutuskan untuk terus memberi adam waktu untuk mengobati kesakitannya sendiri dengan terus memantaunya dari kejauhan, karena setelah tahu bahwa adam sehat dan baik-baik saja keadaannya, itu sudah membuat klarisa merasa cukup tenang.
Hingga apa yang dia lihat semalam, adam sangat terlihat berada di titik terpuruknya, menangis, berteriak dengan pilu yang ia rasakan sendiri, berusaha bangkit dari kegelapan yang terus membungkusnya dengan sangat pekat, Klarisa yakin adam visa melewati semua itu dan memutuskan untuk menemuinya keesokkan harinya karena pasti adam akan terkena flu atau sakit lainnya karena hujan yang mengguyur tubuhnya semalaman.
Klarissa bahkan tidak bisa tidur karena khawatir dengan kondisi suaminya setelah beberapa jam terkena air hujan, sambil menunggu pagi dia terus bolak balik keluar masuk kamarnya, ingin mengetuk pintu kamar adam namun tidak memiliki keberanian, sehingga pagi pun tiba dan adam akhirnya keluar dari kamarnya ketika klarissa berdiri disana menunggunya keluar.
"Apa kondisimu baik-baik saja???? aku pikir kamu pasti terkena demam atau flu??? apa tidak sebaiknya kita ke klinik saja???" klarisa mulai menanyakan keadaan adam.
"Iya betul, akibat adegan yang aku lakukan semalam di bawah air hujan, tubuhku seperti habis di pukuli orang sekampung saat bangun tidur tadi, kepala ku berat dan tenggorokanku sangat sakit, aku memang berencana untuk ke klinik namun karena kamu datang, aku jadi lupa dengan rencanaku untuk pergi ke sana".
Kemudian adam bangun dan memegang tangan klarissa dan mengajaknya keluar.
"Ayo !!! kamu harus mengurus suamimu hari ini, aku ingin diurus dan di layani layaknya suamimu yang sedang sakit, bagaimana????" adam tersenyum saat mengatakan itu dan klarissa seperti heran dengan sikap adam saat itu yang sangat berbeda dari sebelumnya, saat mereka berdebat tentang pernikahan, dan juga tentang perceraian mereka yang tinggal menghitung minggu untuk masuk ke persidangan pertama mereka.