Kinan membuka suara dengan nada tertahan karena menahan air mata yang dia coba sembunyikan dari ayahnya.
"Ayah??????? aku tidak yakin memiliki ayah saat ini, semua kekhawatiran mu itu adalah omong kosong, aku bisa menahan rasa sakitku sendiri jika sampai semua yang kamu katakan itu benar, merasa di buang dan di campakkan serta tidak di akui adalah hal biasa untukku, jangankan dari mereka orang-orang di luar sana yang tidak memiliki hubungan darah denganku, bahkan seseorang yang darahnya mengalir deras dalam tubuhku telah melenyapkanku dalam hatinya dan juga kehidupannya.
"Tidak ada rasa sakit yang bisa mengalahkan rasa sakit yang telah kamu berikan untukku?????? tidak ada. Jika hanya tidak di akui mereka atau tidak di anggap oleh mereka, itu hal yang bisa aku hapus dalam hatiku hanya dengan mengedipkan mata saja,, tapi apa kamu tahu rasanya di buang dan tidak diakui oleh orang yang memiliki tetesan darah yang sama denganku????? aku yakin kamu bahkan tidak akan sanggup membayangkannya.
"Jadi hentikan omong kosongmu soal khawatir terhadapku atau membantuku berpisah dengan orang yang aku cintai demi diriku sendiri. Itu semua semata-mata demi kepentinganmu sendiri.
"Hatimu yang telah benar-benar busuk tega membuat luka besar dalam hati seorang gadis yang sedang dalam pencarian untuk menemukan secercah kebahagiaan yang telah lama tidak pernah ia miliki, dengan menghancurkan impiannya apa kamu pikir dia akan tinggal diam?????
"Juga Hati seorang wanita tua yang selalu menjadi alasanku untuk terus bernafas telah engkau cabik-cabik tanpa ampun, cukup kamu menyakitinya dengan pergi jauh darinya, tapi kegilaanmu terhadap kekuasaan dan materi telah kembali merobek luka yang telah lama kering, kamu kembali menghancurkan harapannya, kamu muncul seperti iblis yang memutuskan semua asa yang ia rajut untuk masa depan anak-anaknya.
"Ingat!!!! aku tidak akan tinggal diam, kamu harus tahu seperti apa akibat dari keputusanmu untuk memilih tidak mengakuiku di depan semua orang di luar sana, aku janji akan membuatmu bahkan tidak di akui di dunia ini".
Kinan mendapatkan tamparan keras di pipinya saat itu juga setelah ia selesai menyatakan bahwa dia siap untuk berperang.
"Jangan pernah main-main dengan ayah, ayah bahkan tega meninggalkan ibumu dan kakak-kakakmu di masa lalu, jangan paksa ayah untuk melakukan hal lebih dari itu untuk mempertahankan apa yang telah ayah raih hingga saat ini".
Pak setya kembali mengeluarkan ancaman pada kinan yang saat itu masih memegang pipinya yang telah ia tampar.
"Aku tunggu apa yang akan kamu lakukan padaku!!!!! tapi jangan sampai kamu lupa,,,,, bahwa aku telah berdiri disini, bersiap untuk melunturkan keegoisan, ketamakkan dan keserakahanmu,,,,,, Aku pastikan tidak ada lagi waktu untukmu bisa lepas dari lingkaran setan ini".
Kinan kemudian melangkah ke luar dari ruangan itu dan kembali masuk ke dalam ruang pesta tanpa melihat ayahnya yang sedang sangat diselimuti amarah dan tidak bisa menutupi kecemasannya.
"Dari mana saja kamu???? aku mencarimu sampai ke luar tadi, kamu tidak membawa ponselmu jadi aku kesulitan mencarimu".
Bayu langsung mengatakan kekhawatirannya pada kinan yang telah ia cari dari tadi.
"Apa kita bisa pulang sekarang????" .
Kinan langsung mengatakan bahwa dirinya ingin segera pulang, bayu yang khawatir padanya segera menggandeng tangannya dan pergi ke luar saat itu juga tanpa bertanya lagi.
Setelah mereka berdua masuk ke dalam mobil, kinan langsung diam, dia terus menundukkan kepalanya tanpa berkata apapun.
Bayu menjadi lebih khawatir karena tidak tahu apa yang sedang terjadi pada kinan saat itu.
Kemudian bayu menyalakan mesin mobilnya dan membawa kinan ke suatu tempat, bayu berharap dengan membawa kinan menghirup udara segar pada malam hari mampu membuatnya sedikit lega.
Saat akhirnya mereka tiba di pesisir pantai yang terbentang luas, bayu segera menghentikan mobilnya dan langsung menatap kinan yang dari tadi terus menundukkan kepalanya tanpa berkata apapun selama hampir satu jam perjalanan mereka.
Kemudian bayu memutuskan untuk keluar dari mobil dan memberikan waktu untuk kinan sendiri dengan perasaannya.
Bayu tahu betul kinan mungkin tidak ingin terlihat menangis saat itu di hadapan bayu, karena dia telah mengatakan sebelumnya bahwa ia akan terus kuat dalam menjalankan rencana mereka.
Dengan kinan menangis, itu seperti membuktikan bahwa dirinya telah benar-benar kalah dalam drama yang ia buat sendiri.
Sesaat setelah bayu keluar dari mobil, kinan benar-benar langsung meneteskan air mata yang sedari tadi dia tahan karena tidak nyaman jika harus menangis di depan bayu.
Dia tidak ingin terlihat lemah dan tersakiti oleh situasi yang memang sudah di perkirakan sebelumnya.
Kejadian yang tadi menimpanya sebetulnya telah kinan prediksikan sebelumnya. Pak setya sudah pasti akan mencarinya dan meminta penjelasan darinya.
Namun rasa sakit karena melihat ayahnya yang telah benar-benar berubah dan benar-benar tidak menganggapnya sebagai putrinya, betul-betul tidak bisa kinan tahan, bahkan saat sang ayah terus memandang rendah dirinya.
Kinan terus di hujani kepedihan saat pak setya menatap dirinya dengan penuh kebencian dan ambisi yang meluap-luap. Tidak ada mata seorang ayah disana, mata hangat dan mata yang menunjukan kekhawatiran seperti bualan yang ayahnya katakan, bahwa dia mengkhawatirkan kinan yang akan terluka jika menjalin hubungan dengan orang kaya raya.
Tangisan kinan semakin lama semakin kencang dan bayu mendengar itu dari luar, bayu duduk di bagian depan mobil sambil terus menatap ombak laut yang bergemuruh dengan air yang semakin dekat padanya.
Tangisan kinan menyatu dengan suara deburan ombak yang menghiasi keheningan malam itu di bibir pantai.
Bayu kemudian membaringkan tubuhnya di atas pasir yang hangat dengan menutup mata, dia seperti bisa merasakan emosi yang sedang kinan alami saat itu, suara tangisan kinan masuk ke dalam telinganya dan mengukir cerita yang bisa bayu pahami, kenapa itu begitu sakit terasa oleh kinan, yang kemudian bayu seperti ikut merasakannya.
Suara tangis kinan mulai samar terdengar, bayu betul-betul memberikan waktu untuk kinan melepaskan semua kesedihannya dengan tidak mengganggunya.
Tak selang berapa lama, ada seseorang yang ikut berbaring dengannya di atas pasir, lengan bayu di jadikan sandaran kepala kinan yang akhirnya keluar dari mobil dan ikut menikmati malam itu dengan menjadikan langit sebagai objek pandangan mereka.
Suara ombak terus menghiasi keheningan disana.
"Apa kamu tahu aku benar-benar ingin hidup normal seperti sebelumnya??? apa kita bisa hanya kembali dan melupakan semua yang terjadi disini????".
Kinan mulai berbicara, bayu yang mendengar itu tetap menutup matanya namun dia dengan sadar menyimak apa yang sedang kinan katakan.
"Perasaanku benar-benar telah mengambang saat ini, aku marah, aku sedih, aku bahagia, terluka, tersiksa, gelisah, dilema, dan aku tidak tahu lagi dimana aku menyandarkan perasaanku agar semua itu bisa lenyap dari hatiku, aku tidak tahu lagi seperti apa jati diriku yang sebenarnya.
"Seseorang telah benar-benar mematahkan pendirianku, mematahkan harapanku, mematahkan impianku dan juga menghancurkan diriku. Aku bahkan sanggup melakukan kebohongan besar ini hanya karena kebencian ku pada dia, aku jadi melupakan apa yang sebenarnya penting dalam hidupku, entah kenapa aku jadi mengesampingkan semua hal penting itu dan menjalankan omong kosong ini".
Bayu membuka matanya dan merubah posisinya menghadap ke arah kinan, yang kemudian di ikuti oleh kinan. Mereka berdua kini saling berhadapan di atas hamparan pasir pantai yang juga di temani suara deburan ombak.
Bayu mengusap air mata yang jatuh di pipi kinan, dia menatap dalam mata kinan yang seperti berkata bahwa dirinya telah sangat lelah dengan semua yang terjadi.
"Aku akan tetap ada untukmu, bersamamu sampai kapanpun".
Bayu kemudian memeluk kinan sambil mengatakan kata-kata ajaib yang selalu membuat kinan tidak bisa mengabaikan bayu selama ini.
Kinan sangat merasa memiliki kekuatan ketika dari dulu bayu selalu mendukungnya dalam segala hal, sekalipun itu akhirnya gagal atau malah berbalik melukai kinan, namun bayu akan tetap bersamanya dan tetap menemaninya dengan terus memberikan kekuatan padanya.