thomas william burnett

"William Cole, I've brought your wife back home." A young man emerged from a black BMW. William Cole's wife, Ruth Dawn, also got out from the passenger's seat. The man looked up, his gaze meeting with William on the second-floor window, and grinned: "Well, what do you say? Should I bring her up?"

—William Cole, he traído a tu esposa de vuelta a casa —dijo un joven al salir de un BMW negro. La esposa de William Cole, Ruth Amanecer, también salió del asiento del pasajero. El hombre levantó la vista, su mirada se encontró con la de William en la ventana del segundo piso y sonrió: —Bueno, ¿qué dices? ¿La subo? —preguntó.

"William Cole, eu trouxe sua esposa de volta para casa." Um jovem saiu de uma BMW preta. A esposa de William Cole, Ruth Dawn, também saiu do banco do passageiro. O homem olhou para cima, seu olhar encontrando-se com William na janela do segundo andar, e sorriu: "E então, o que você me diz? Devo levá-la para cima?"

``` "William Cole, saya telah membawa istri Anda kembali ke rumah." Seorang pria muda muncul dari BMW hitam. Istri William Cole, Ruth Dawn, juga turun dari kursi penumpang. Pria itu menatap ke atas, tatapannya bertemu dengan William yang ada di jendela lantai dua, dan tersenyum: "Nah, bagaimana menurutmu? Haruskah saya mengantarnya naik?" ```

``` "William Cole, je vous ai ramené votre femme à la maison." Un jeune homme est sorti d'une BMW noire. La femme de William Cole, Ruth Dawn, est également sortie du siège passager. L'homme a levé les yeux, croisant le regard de William à la fenêtre du deuxième étage, et a souri : "Alors, qu'en dites-vous ? Dois-je la monter ?" ```

"William Cole, ich habe Ihre Frau nach Hause gebracht." Ein junger Mann stieg aus einem schwarzen BMW aus. William Coles Frau, Ruth Dawn, stieg ebenfalls auf dem Beifahrersitz aus. Der Mann sah auf, sein Blick traf William am Fenster im zweiten Stock und grinste: "Na, was sagst du? Soll ich sie hochbringen?"

Sofia Charllote, seorang gadis cantik berusia 21 tahun. Pekerjaan sehari-harinya membuat arak secara ilegal untuk diimpor ke London. Suatu hari, ia jatuh cinta dan menikah dengan seorang pria tampan yang mengaku sebagai pemburu di hutan terlarang. Dua bulan menikah, jenderal dan gerombolan pasukan berkuda mendatangi kediamannya. Membawa sang suami pergi tanpa sempat berpamitan pada Sofia. Beberapa bulan kemudian, terdengar kabar pernikahan Pangeran Zen William di seluruh penjuru kota. Dengan keadaan hamil 5 bulan, Sofia pergi unt uk melihat pernikahan sang Pangeran. Orang-orang bilang, Raja sedang memberikan sedekah untuk rakyatnya. Sofia berangkat dengan berjalan kaki bersama beberapa kawannya. Ia akan menggunakan sedekah dari Raja untuk membelikan obat untuk sang ayah. Sesampainya di sana, bukan hanya sedekah yang ia dapatkan. Sofia mendapat kejutan besar, Pangeran Zen Willian adalah Zeno Bridgestone, suaminya. Wanita itu pulang membawa sedekah beserta kepingan hati yang terluka. Ia menceritakan semua pada kedua orang tuanya, hingga ayah dan ibu Sofia sakit keras lalu meninggal dunia. Hidup sebatang kara di gubuknya, lalu diperkosa oleh sekawanan perampok. Merasa tidak sanggup menjalani hidup, Sofia terjun ke sungai yang terkenal dalam dan dihuni oleh predator pemangsa daging. Dewa belum mengizinkannya untuk pergi, Seorang Jenderal perang bernama Mark Bonaparte menyelamatkannya. Pria itu merawat Sofia dan jatuh cinta padanya. Kesakitan hati yang mendalam, membuat Sofia bertekad untuk membalas dendam. Untuk bayinya, kedua orang tua, harga diri dan juga cintanya. "Sofia Charllote bersumpah. Zen William, harus hancur. Tidak peduli jika nyawa yang menjadi taruhannya!" Dengan dendam yang menyelimuti hati, Sofia mengabdikan diri pada iblis bernama Mashiver. Meminta kekuatan, harta juga kemampuan untuk mengubah separuh wajahnya agar tak ada yang mampu mengenalinya. Sejak hari itu, Sofia Charllote telah mati. Dia mengubah namanya menjadi, Aurora Esmee.

Warning: Mature content, dark themes, psychological Status: Complete It all started one perfect night at the coast of the Mediterranean sea. I was standing on a beach with my feet laved in warm golden sand and my eyes fixed on the crushing waves. That is when trouble decided to walk by in a form of a handsome face with sandy blonde hair and dazzling enthralling killer smile. One look into his ocean blue eyes and I knew I wanted him as mine. And with just a touch of his lips on mine I was in love. But he belongs to her, my sister. You can call me the villain. I saw him first and he is mine to claim. I love him but he loves her. But my heart wants what is wants and that’s William Carter. When Adeline Pierce's Sister, Brittany introduce her fiancé to Adeline. Adeline had the shock of her life. Her sister’s fiancé, William Carter was the man that kissed Adeline two years ago on a beach and she is very much in love with him. Adeline vowed to make William hers at all cost. But two things stands in her way. Her sister, Brittany and her therapist Dr. Chris Owens who has sexy tattoos and a handsome face that she can't resist But William Carter has a malicious reasons for marrying Adeline's sister. He is seeking revenge. Will Adeline still go after William Carter her sister’s fiancé or would she surrender her heart to Dr. Chris Owens, her therapist ?

The ordinary college student Chen Tian was inexplicably reborn in the German royal family before the beginning of the First World War. At the baptism, he was crowned the Prince of East Prussia by his great grandfather William I, making him an uncompromising "Princehood". After the rebirth, Chen Tian used his identity and his mind to transcend the concepts at that time, constantly searching for famous generals and discovering some buried talents. Hindenburg? Brother Mammoth, please come to be a teacher; Goodrian? Comrades, shall we work together; Rommel? Young people work hard, I think you are good. And he used his advanced military knowledge to arm his troops, build tanks, build aircraft carriers, and develop the air force, and began a brilliant road to rise. Under his company, his companions, lovers, and loved ones, Chen Tian gradually grew into a new leader of the German Empire, leading Germany to the road to dominate Europe. Of course, for an Asian island country, no one would mind the protagonist to repair it. of. . .

PESAWAT berbadan besar yang kutumpangi melaju cepat meninggalkan London. Penerbangan ini nonstop menuju Singapura. Gadis dengan rambut dikucir dan seperangkat touchscreen di tangan, berisi corat-coret daftar pertanyaan, tersenyum gugup di kursi berlapis kulit asli di sebelahku. Aku sedang tidak berselera untuk tersenyum, cukup menyeringai, menatapnya datar. ”Silakan,” kataku. ”Maaf, wawancara ini sudah berkali-kali ditunda. Kami sudah berusaha menyesuaikan jadwal. Tapi begitulah, tidak mudah mengejar kesibukan Anda.” Dia sedikit percaya diri tampaknya. Senyumnya lebih baik. Aku mengangguk. Aku tahu, tidak perlu dijelaskan. Janji pertama bertemu di Jakarta kemarin pagi batal karena aku sudah berangkat menghadiri konferensi. Editor senior majalah minggu- an itu spesial meneleponku, minta maaf, bilang wawancara ini